Industri pengolahan ikan disarankan bidik pasar Cina

SURABAYA: Pelaku industri pengolahan ikan dan udang di Jawa Timur
harus mulai mencari pasar ekspor baru di luar Amerika Serikat, Eropa,
dan Jepang.

Ketua Asosiasi Pengusaha Pengolahan Produk Perikanan dan Pemasaran
Indonesia (AP5I) Jatim Johan Suryadharma mengatakan kendati kinerja
ekspor produk perikanan belum terlalu terpengaruh krisis finansial AS
dan Eropa, sudah saatnya bagi para pengusaha mencari pasar baru. Salah satunya adalah Cina.

“Cina saat ini masih memiliki buying power yang kuat, apalagi jika Indonesia dapat mengoptimalkan perjanjian Asean-China Free Trade Area (ACFTA),” katanya pada Bisnis, hari ini.

Meski negeri tirai bambu ini mampu meproduksi ikan dan udang sekitar 1,347 juta ton per tahun, namun, 85% kebutuhan dalam negerinya masih impor. Peluang tersebut bisa dimanfaatkan oleh pelaku
industri pengolahan ikan dan udang Jatim yang 95% berorientasi ekspor.

90% dari hasil olahan ikan yang diekspor merupakan produk beku, karena produk jenis ini bisa bertahan hingga dua tahun. “Apalagi jaman
sekarang kan semua orang punya kulkas,” ungkapnya.

Sementara itu, Gary Iyawan, Direktur Produksi dari PT Sekar Bumi Tbk,
produsen hasil laut olahan pada kesempatan lain menuturkan kinerja
ekspor perseroan belum terpengaruh krisis finansial yang melanda AS
dan Eropa.

“Karena produk makanan pasti terus dibutuhkan oleh masyarakat
dimanapun, krisis maupun tidak,” jelasnya.

Saat ini, kapasitas produksi sekar Bumi berkisar 400 ton hingga 500
ton per bulan. 95% dari jumlah tersebut ditujukan untuk ekspor ke AS,
Eropa , dan Jepang. Gary menegaskan perseroan belum terpikir mencari
pasar ekspor baru untuk antisipasi krisis AS-Eropa.

“Kami yakin bisa bertahan selama kami terus berinovasi dan kreatif
dalam membaca kebutuhan pasar,” terangnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, ekspor ikan dan
udang Jatim periode Januari-Agustus 2011 naik 34,45% dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi US$407,9 juta. Ekspor komoditas ini hanya berkontribusi sebesar 3,33% terhadap total ekspor non migas Jatim Januari-Agustus 2011 yang senilai US$12,24 miliar.

Data AP5I menunjukkan, ekspor udang Jatim ke Amerika tahun 2010
mencapai 61,095 ton, turun sebesar 11,88% dibanding realisasi 2009
yang mencapai 69,329 ton. Sementara itu ekspor udang ke Jepang pada 2010 mencapai 32,185 ton turun 7% dari 2009 yang mencapai 34,606 ton.

Adapun untuk pasar Eropa tahun 2010 mencapai 10,113 ton, turun sebesar 15,55% dari 2009. Dari data yang sama untuk skala nasional, tampak ekspor udang Indonesia ke AS masih mengalami kenaikan 15,91% pada periode Januari-Juli 2011 dibanding periode yang sama tahun lalu, dari 35.237 MT ke 40.843 MT.

Sementara itu ekspor ke Jepang dan Eropa mengalami penurunan masing-masing 6,74% dan 0,30% pada periode Januari-Juli 2011 dibanding periode yang sama tahun lalu. Jepang menurun dari 18.675 MT menjadi 17.417 MT di periode tahun ini, sedangkan Eropa turun dari 5.451 MT ke 5.435 MT.

“Khusus untuk Jepang, penurunan disebabkan oleh bencana tsunami yang terjadi di pertengahan tahun ini,”terang Johan. (dw)

bisnis jatim